Mengapa Menyusui Penting?

 



Saya adalah seorang Ibu uda yang ingin berbagi cerita dan pengalaman, saya memiliki seorang Putri berusia 14 bulan. Cerita singkatku tentang ASI sanggatlah miris, dan menurutku semua upaya sudah kulakukan untuk yang terbaik bagi Putriku. Namun masih banyak orang yang menganggap saya kurang berjuang dalam hal memberi ASI, saat mendengar itu jujur saja hati saya hancur dan sakit. Karena bukan tanpa alasan ASI saya kering dan akhirnya anak saya harus meminum susu formula, bukan juga keinginan saya yang sengaja membiarkan itu terjadi. Saya, akan mulai cerita singkat saya yang mungkin menurut pembaca akan biasa saja.

Hari itu tepat tanggal 20 Juni 2019 sejak pagi hari memang perut saya mulai merasakan nyeri-nyeri namun saya masih Happy, namun pada pukul 14.00 WIB saya mulai merasakan sakit yang teramat sangat di perut bagian bawah. Tapi saya masih bisa menahannya, sakitnya semakin menjadi hingga Tanggal 21 pada pukul 11.00 WIB Ibu saya menyarankan untuk pergi ke Bidan untuk dicek kondisinya. Saya dan Suami pun memutuskan untuk mengecek ke rumah Bidan, dan ternyata saya baru pembukaan 1 dan saya di beri obat perangsang agar proses persalinan berjalan sesegera mungkin. Setelah itu kami memutuskan untuk pulang ke rumah saja agar lebih leluasa, tapi ternyata sakit yang saya rasakan 2x lipat lebih sakit dari sebelumnya hingga suami saya menangis melihat saya menahan sakit yang teramat sangat. Menjelang subuh sakitnya benar tidak bisa di bendung lagi, saya sampai menangis dan ingin teriak namun saya tetap berusaha menahannya. Kami memutuskan untuk pergi ke Rumah Bidan pada Tanggal 22 Juni 2019 tepat pada pukul 02.10 WIB dini hari, ternyata saya masih bukaan 2 sedangkan pada pukul 04.00 WIB dini hari ketuban saya pecah sedangkan masih dalam kondisi bukaan 3 namun saya masih berjuang untuk tetap ingin melahirkan secara normal. 

Singkat cerita saya di induksi kembali melalui infus dan sakit yang saya rasakan bertambah 2x lipat dari sebelumnya, namun hingga pukul 10.00 WIB saya masih di pembukaan 5 dan tenaga saya hampir habis. Saya sempat mengalami tidak sadarkan diri, beberapa saat karena menahan sakit yang teramat sangat. Ibu dan suami saya menangis melihat kondisi saya yang masih berjuang untuk melahirkan secara normal, hingga saya benar-benar sudah pucat dan lemas tubuh sayapun mulai dingin Ibu dan Suami saya konsultasi ke Bidan dan Bidannya menganjurkan untuk dirujuk ke Rumah Sakit. Setelah sampai di Rumah Sakit saya diperiksa dan setelah melakukan perundingan akhirnya Pihak Rumah Sakit memutuskan, saya untuk langsung masuk ke operasi melihat kondisi saya dan bayi yang memprihatinkan dan seakan jika tidak sesegera mungkin akan ada yang pergi.  Akhirnya operasi berjalan lancar, dan setelah operasi berjalan hanya saja ada ucapan sang Dokter yang membuat jantung saya hampir berhenti.

“Selamat ya Bu, Anaknya selamat putri yang cantik dan sehat....Namun jika tindakan operasi tidak kita lakukan secepat mungkin, saya tidak bisa menjamin salah satu di antara kalian yang akan berpamitan.”

“Setelah ini pun Dedek Bayinya tidak bisa di kunjungi dulu, karena dia akan kami rawat dulu untuk membersihkan paru-parunya yang masuk air ketuban.” Setelah mendengar itu semua hati saya serasa di remuk, saya melihat Anak saya hanya per sekian detik saat saya menciumnya  sebelum dia dibawa suster-suster meninggalkan ruang operasi.

Benar saja selama 3 hari saya tidak bisa menemui anak saya meskipun kami berada di Rumah Sakit yang sama, dan di hari ke empat saya bisa menemuinya dan saya melihat dia tertidur dengan sangat nyenyak di balik inkubator. Hari itu saya pulang ke Rumah sedangkan bayi saya tidak bisa dibawa pulang dulu, akhirnya di hari ke 6 akhirnya dia pulang ke rumah. Namun tentu saja dia tidak ingin meminum ASI dari saya karena dia sudah terbiasa minum dengan Dot dan susu formula, kesedihan saya belum berakhir di sana saya masih harus mendapatkan tekan dari berbagai pihak yang menuduh saya sengaja tidak ingin memberikan ASI saya pada bayi tercinta saya.

Dan semalam saya mengikuti kelas ASI yang diadakan oleh Ruang Nulis dan di sana, saya banyak belajar  paham beberapa ilmu dan juga alasan mengapa bayi saya tidak ingin menyusu di ASI saya pada saat itu.

1. Menyusui adalah proses memberikan kasih sayang dan saling mengenal antara sang Ibu dan juga Bayi.

2. Hal yang paling baik di konsumsi Bayi di enam bulan pertama adalah ASI Eksklusif.

3. Menyusui memberikan manfaat kepada Ibu, Bayi, dan juga Negara.

4. Nutrisi yang diberikan oleh ASI tidak dapat di gantikan karena itu adalah pemberian Tuhan. 

5. Makanan yang dimakan oleh Ibu berdampak kepada Bayi adalah Mitos.

6. Menyusui memberikan potensi lebih kepada sang Bayi.

7. KB mempengaruhi sistem pengaliran ASI saat menyusui terkecuali penggunaan Spiral, Kondom dan Kb Kalender.

8. Power Pumping sangat tidak dianjurkan.

9. Saat Anak sudah berusia di atas Enam Bulan, harus mulai membangun proses makan pada Anak. Agar Anak terbiasa makan dan juga tetap melanjutkan minum ASI.

10. Dan inilah yang saya alami kemarin Matistis  yaitu pemisahan antara Ibu dan Bayi yang mengakibatkan susu Ibu membengkak dan tak jarang terluka, yang mengakibatkan si bayi enggan untuk menyusu kepada sang Ibu karena aliran susunya pun sudah mulai menyusut. Yang akhirnya bayi saya akan menangis sejadi-jadinya jika dia lapar tidak diberikan Dot, yang akhirnya membuatnya minum susu formula hingga saat ini.

Demikianlah pengalaman saya juga ringkasan saya dari hasil saya belajar kepada Dr.Hazwani kemarin, dan saya ucapkan kepada Ruang Nulis sudah memberikan wadah untuk belajar kepada saya. Serta memberikan banyak ilmu untuk saya semoga Anak kedua kelak, jika Allah mengizinkan akan saya perjuangkan dengan sangat untuk memberikan ASI secara penuh. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang terlibat, demikianlah ringkasan saya dan sampai jumpa di lain waktu, Terima kasih.


Komentar